Setelah sekian lama rubrik Ode to Heroes absen dari blog
ini, kali ini saya akan mengangkat kembali kisah beberapa pemain bola
legendaris yang pernah jaya. Undian sudah dikopyok, dan kali ini yang keluar
namanya adalah Roberto Carlos. Selamat bung Carlos, hadiah bisa diambil dan
pajak ditanggung sendiri.
Ok, back to reality. Ketika mendengar nama pemain bola yang
satu ini apa yang akan diingat oleh para pecinta bola? Banyak sekali. Bisa jadi
jawabannya gol tendangan bebas yang melengkung indah, Real Madrid, timnas
Brazil, pemain yang punya lari kencang, bek kiri terbaik dunia, dan beberapa
atribut lain yang melekat pada sosok pemain bola kelahiran 10 April 1973 ini.
Jagoan Andalan di
Game Winning Eleven
Saya sendiri teringat akan masa lampau di waktu luang di
kala bulan puasa yang selalu diisi dengan bermain game Playstation Winning
Eleven dan Roberto Carlos ini yang jadi protagonisnya.
Setiap kali main game di rental PS terdekat, pemain yang
satu ini selalu jadi andalan saya karena kemampuan larinya yang mumpuni dan
dikombinasikan dengan trik one-two play yang jadi jurus maut mencetak gol di
Winning Eleven.
Meskipun berposisi asli sebagai bek kiri di dunia nyata,
tetapi atribut skill Roberto Carlos di Winning Eleven memungkinkannya untuk
bermain sebagai seorang striker. Pada skala 1-20, speed Carlos diberi nilai 19
oleh Winning Eleven. Untuk shoot power dan shoot accuraccy pun nilainya
mencapai angka 19 dan 18 seingat saya.
Pemain Andalan di Winning Eleven |
Alhasil, banyak yang mencoba merotasi posisi Roberto Carlos
sebagai seorang striker saat bermain PS Winning Eleven. Usut punya usut,
Roberto Carlos ini memang pernah ditawari bermain di posisi yang lebih
menyerang sebagai winger ketika berkarir di Inter Milan.
Dilansir dari Panditfootball, ketika Coach Roy Hodgson
memegang Inter Milan di medio 90an, Carlos ini sempat ditawari untuk berganti
posisi dari yang semula bek kiri menjadi lebih maju ke depan sebagai seorang
winger kiri. Tapi nyatanya, Carlos malah tidak terlalu menyukai peran tersebut
dan akhirnya sang pemilik tendangan geledek memilih menyeberang ke Spanyol
bergabung dengan Real Madrid.
Pemilik Tendangan
Geledek dan Tendangan Pisang
Untuk atribut yang ini, saya selalu teringat akan gol yang
dicetak pemain yang berjuluk El Hombre Bala (Manusia Peluru) ini di turnamen
Tournoi de France 1997. Turnamen pemanasan Piala Dunia 1998 ini diikuti oleh
sejumlah tim nasional elit dunia macam Brazil, Inggris, dan Italia selain
Prancis selaku tuan rumah.
Pada pertandingan Prancis vs Brazil, momen gol ikonik ini
pun muncul. Ronaldo Lima dilanggar oleh Patrick Vieira dan Carlos bersiap untuk
mengeksekusi tendangan bebas ini. Fabien Barthez, sang kiper Prancis sadar akan
kemampuan bek mungil ini dalam mengambil tendangan bebas dan ia beri komando
teman-temannya untuk membentuk pagar betis.
Pagar betis sudah tertata rapi dan Carlos mulai
ancang-ancang menendang. Bola ditendang begitu kencang hingga melengkung
melewati pagar betis dan masuk ke gawang timnas Prancis. Barthez hanya bisa
melongo begitu pula pemain-pemain yang lain. Bagaimana tidak? Bola sepertinya
tidak menuju ke arah gawang tapi bisa berbelok dengan kencang dan menghasilkan
gol dari tendangan bebas yang sulit dipercaya.
Infografis Free Kick Goal Legendaris Roberto Carlos |
Bahkan diceritakan kalau ballboy yang duduk di samping
gawang Prancis sudah bersiap menunduk untuk menghindari terkena bola hasil
tendangan Carlos ini. Tak disangka, bola berbelok meluncur masuk ke gawang
Prancis. Banyak yang menobatkan kalau gol yang dicetak Roberto Carlos ini
sebagai salah satu gol terbaik dunia yang terjadi melalui eksekusi tendangan
bebas.
Gol Roberto Carlos ini malah lebih mudah diingat banyak
orang jika dibandingkan dengan tim mana yang keluar sebagai juara Tournoi de
France 1997 tersebut yang mana timnas Inggris yang menjadi pemenangnya.
Karir Bermain Bola
Roberto Carlos memulai cerita indahnya di jagat
persepakbolaan dunia dengan membela klub lokal Brazil Uniao Sao Joao tahun 1991
lalu setahun kemudian dilanjutkan pindah sebagai pemain pinjaman di Atletico
Mineiro.
Hanya setahun di klub tersebut, Carlos hengkang membela
panji Palmeiras. Di sinilah, ia mulai mencatatkan penampilan yang cukup
signifikan. Total 44 kali Carlos turun membela Palmeiras di semua ajang dengan
sukses mencetak gol sebanyak 3 kali.
Kala Berkostum Palmeiras |
Dari sinilah, bakatnya mulai membuat beberapa talent scout
Eropa kepincut. Inter Milan yang beruntung bisa mengangkut Carlos ke Eropa. Tapi sayang,
Carlos hanya kerasan di Italia dalam semusim saja dengan catatan penampilan
sebanyak 30 kali dan 5 kali sukses mencetak gol.
Giliran Real Madrid yang melihat potensi pemain kidal
tersebut. Fabio Capello, yang menangani Madrid kala itu yang mengajaknya
bergabung mengisi komposisi kuartet lini belakang Los Blancos. Di sinilah
Carlos meraih kejayaan yang sesungguhnya dalam karir sepakbolanya.
Dari tahun 1996 hingga 2007 Carlos bertahan di Real Madrid.
Pencapaiannya pun mentereng dengan membawa Los Blancos 4x juara La Liga dan 3x
juara Liga Champions. Tak heran jika pada tahun 2002, dirinya bisa jadi runner
up Ballon d’Or. Prestasi yang cukup mengkilat untuk ukuran seorang pemain
belakang.
Keemasan Karir di Los Blancos |
Setelah meninggalkan Real Madrid, Carlos berpetualang ke
Turki bersama Fenerbahce. Selama 3 musim, 2007-2010, dia berkarir di Turki lalu
ia memutuskan kembali ke Brazil membela klub Corinthians.
Di negerinya sendiri, Carlos hanya bermain untuk Corinthians
semusim saja. Klub asal Rusia, Anzhi Makhachkala yang sukses merayu dirinya
kembali ke tanah Eropa. Di klub inilah dirinya memutuskan untuk pensiun sebagai
pemain bola.
Karir Melatih
Setelah gantung sepatu pada tahun 2012, Carlos lalu mendapat
tawaran untuk menjadi pelatih di klub Turki, Sivasspor pada tahun 2013. Tapi,
karirnya sebagai pelatih Sivasspor berlangsung cukup singkat. Pada tahun 2014,
Carlos resmi mundur sebagai pelatih Sivasspor.
Coach Carlos Kala Menangani Sivasspor |
Roberto Carlos lalu diangkat menjadi pelatih klub Turki
lainnya, Akhisar Belediyespor tahun 2015. Sama seperti di Sivasspor, ternyata
dirinya juga tidak berjodoh dengan klub ini. Dalam kurun waktu 6 bulan saja,
dirinya harus rela melepaskan jabatan sebagai pelatih Akhisar Belediyespor.
Setelah petualangannya di Turki selesai, Carlos melanjutkan
karirnya sebagai pelatih ke India. Di negerinya Shahrukh Khan ini, Carlos
mendapat tawaran untuk melatih klub Delhi Dynamos. Yang unik, Carlos merangkap
jabatan sebagai pelatih dan pemain di klub ini.
Setelah Tak Lagi
Melatih
Selama semusim saja, Carlos ikut andil mewarnai dinamika
sepakbola di India. Setelah memutuskan untuk tidak lagi menjadi pelatih Delhi
Dynamos di tahun 2016, Carlos lebih sering menyibukkan diri dengan
kegiatan-kegiatan off the pitch tapi masih berhubungan dengan dunia sepakbola.
Carlos Launching Software Ginga Scout |
Sepertinya yang paling keren dan yang paling saya ingat itu pas Carlos jebol gawang Barthes di pertandingan Brasil vs Perancis sebelum PD 1998.
ReplyDeleteItu keren banget.
Couldn't agree more mas Hadid. Puluhan tahun berlalu masih terngiang-ngiang.
DeleteSama pas main PS mas. Dulu smpe ada turnamen PS 17an di kampung, aturannya ga boleh one-two